Mengapa kita menutup mata ketika kita tidur? Ketika kita menangis? Ketika kita membayangkan? Ini dikarenakan “hal terindah di dunia tidak terlihat”. Kita semua aneh.
Hidup itu sendiri juga memang aneh, dan ketika kita menemukan seseorang yang dengan segala keunikannya ‘sejalan’ dengan kita, maka kitapun bergabung bersamanya dan jatuh ke dalam suatu keanehan yang serupa, itulah yang dinamakan “cinta”.
Ada hal-hal yang tidak ingin kita lepaskan dan orang-orang yang tidak ingin kita tinggalkan. Tetapi ingatlah, ‘melepas’ bukan berarti akhir dari kehidupan dunia ini, melainkan “awal suatu babak kehidupan baru”. Kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis, mereka yang tersakiti, mereka yang sedang mencari dan mereka yang telah mencoba mendapatkannya. Karena merekalah yang bisa menghargai betapa pentingnya orang yang telah menyentuh pribadinya dan memberi ‘warna’ pada kehidupannya.
Cinta itu agung ?! Adalah ketika kamu menitikan air mata dan ‘masih perduli terhadapnya’. Adalah ketika dia tidak memperdulikanmu dan kamu masih ‘tetap menunggunya dengan setia’. Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu masih bisa tersenyum sambil berkata, “aku turut berbahagia untukmu”.
Apabila cinta tidak berhasil, bebaskan diri kita, biarkan hati kita kembali melebarkan sayapnya dan terbang lepas ke alam bebas. Dan ingatlah… ! Bahwa ‘kita mungkin menemukan cinta dan kehilangan cinta’ itu, tetapi ketika cintapun mati kita tidak perlu mati bersamanya. Orang terkuat, bukanlah mereka yang selalu menang, melainkan mereka yang tetap tegar dan tabah ketika mereka jatuh dan kalah.
Entah bagaimana dalam perjalanan kehidupan kita belajar tentang diri sendiri dan menyadari bahwa ‘penyesalan tidak seharusnya ada’, tetapi hanyalah “penghargaan abadi atas pilihan-pilihan kehidupan yang telah kita buat” serta tetap ‘menikmati’ dan ‘mensyukuri’ dengan apa yang kita miliki dalam hidup ini, walau terkadang ‘bertentangan’ dengan harapan dan impian. Teman sejati…?! Mengerti ketika ‘kamu berkata aku lupa’.
Menunggu selamanya ketika ‘kamu berkata tunggu sebentar’. Tetap tinggal ketika kamu berkata ‘tinggalkan aku sendiri’. Membukakan pintu meski ‘kamu belum mengetuk dan berkata bolehkah saya masuk?’
Mencintai…?! Bukanlah bagaimana kita harus ‘melupakan’, melainkan bagaimana kita harus ‘memaafkan’. Bukanlah bagaimana kita harus ‘mendengarkan’, melainkan bagaimana kita harus ‘mengerti’. Bukanlah apa yang harus kita ‘lihat’, melainkan apa yang telah kita ‘rasakan’. Bukanlah bagaimana kita ‘melepaskan’, melainkan bagaimana kita ‘bertahan’.
Lebih berbahaya mencucurkan air mata didalam hati, dibandingkan dengan menangis tersedu-sedu. Air mata yang terurai dapat dihapus dan dikeringkan dengan hanya selembar saputangan, sementara air mata yang tersembunyi mengiris dan menggoreskan luka yang dalam dan tidak akan pernah hilang dan mengering, bahkan mungkin selamanya akan ‘basah dengan darah yang bernanah’.
Dalam hal cinta, kita sangat jarang mendapat kemenangan, tetapi ketika cinta itu tulus, meskipun kita kalah, kita tetap mendapat kemenangan, hanya karena “kita berbahagia dapat mencintai seseorang lebih dari kita mencintai diri sendiri”.
Akan tiba saatnya dimana kita harus berhenti mencintai seseorang bukan karena orang itu berhenti mencintai kita, melainkan karena kita menyadari bahwa orang itu akan lebih berbahagia apabila kita melepaskannya. Apabila kamu benar-benar mencintai seseorang, jangan lepaskan dia, melainkan berjuanglah demi cintamu itu. Itulah “cinta sejati”.
Lebih baik menunggu orang yang kita inginkan, daripada berjalan bersama orang yang tersedia. Lebih baik menunggu orang yang kamu cintai daripada bersama orang yang berada disekelilingmu. Lebih baik menunggu orang yang tepat karena “hidup ini terlalu singkat untuk dibuang hanya dengan seseorang”.
Kadangkala orang yang kamu cintai adalah orang yang paling menyakiti hatimu dan kadangkala teman yang membawamu ke dalam pelukannya dan menangis bersamamu adalah “cinta yang tidak kamu sadari”.
Belantara maha luas;
perkasa dengan gelombangnya,
menghempas dengan arusnya,
mendesah dengan deburannya,
menentramkan di dasar palungnya.
kau laut,
meneduhkan di lekuk tepianmu yang indah...