Tak Dapat Ditarik dari Sejarah

TAK DAPAT DITARIK DARI SEJARAH
Oleh : Maringan Wahyudianto

”Mereka adalah anak-anak muda yang telah beriman kepada Tuhan mereka, lalu kami tambahkan petunjuk kepada mereka.” (Al Kahfi 13)

Prolog
Satu dasawarsa yang lalu, tepatnya tanggal 29 Maret 1998, dibacakanlah Deklarasi Malang sebagai proklamasi kelahiran sebuah organ gerakan mahasiswa muslim yang baru, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia. Pembacaan dilakukan oleh Fahri Hamzah, yang kemudian didaulat menjadi ketua pertama dengan didampingi Haryo Setyoko sebagai sekretaris umum. Peristiwa bersejarah itu kemudian diabadikan sebagai hari milad KAMMI.

KAMMI muncul sebagai salah satu kekuatan alternatif mahasiswa yang berbasis mahasiswa muslim dengan mengambil momentum pada pelaksanaan Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FS-LDK) X se-Indonesia yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Malang. Acara ini dihadiri oleh 59 LDK yang berafiliasi dari 63 kampus (PTN-PTS) di seluruh Indonesia. Jumlah peserta keseluruhan kurang lebih 200 orang yang notabene para aktivis dakwah kampus. Sejak berdiri sampai 25 April 1998 saja, sebagai gerakan aksi, KAMMI telah menggelar ratusan aksi dengan ribuan massa di berbagai daerah di Indonesia, hal yang tidak lazim bagi gerakan aksi yang belum genap satu bulan umurnya.

Usia satu dasawarsa ini tampaknya kurang tepat kembali mempertanyakan latar belakang pendirian KAMMI namun signifikansi kelahiran KAMMI, perkembangan, dan kontribusinya sebagai salah satu organ gerakan mahasiswa pembawa gerbong reformasi Indonesia yang kini harus dipertanyakan. Semisal visi dan misi KAMMI yang ”melangit” namun apakah pencapainnya sebanding ataukah di kaki bukit. Pembuktian atas sejarah dan eksistensi KAMMI sebagai generasi inteligensia muslim generasi keenam .

Indonesia baru di depan mata. Walaupun menyebut Indonesia baru terasa “ambisius” dan terlalu bersemangat. Mungkin karena pendekatan sense of victory -kesadaran semata-mata sebagi pemenang atau penerima hibah kekuasaan- ketimbang sense of crisis dan sense of responsibility. Setidaknya Indonesia baru pasca reformasi 1998 merupakan Political dream ketiga bagi bangsa Indonesia. Tantangan KAMMI untuk mendeskripsikan Indonesia baru sesuai kredo gerakannya.

Tahapan Ideologi KAMMI
Lebih dari 80 tahun setelah kata-kata ”Islam” digunakan secara eksplisit sebagai nama perhimpunan Serikat (dagang) Islam, kata yang sama juga atau derivatnya seperti ”Muslim” masih tetap dipakai secara luas sebagai nama-nama dari partai politik dan kelompok-kelompok aksi. Lebih dari 70 tahun setelah kata ”Islam” (Islamieten dalam bahasa Belanda) pertama kali. Dipakai pada organisasi pelajar, Jong Islamieten Bond (JIB), istilah yang sama kini terus dipakai perkumpulan inteligensia dan mahasiswa, seperti Ikatan Cendikiaawan ”Muslim” se-Indonesia (ICMI) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa ”Muslim” Indonesia (KAMMI) . Kata-kata ”Islam” ataupun ”Muslim” bukan sekedar label namun simbolisasi keyakinan, paradigma, dan perjuangan.

Inti dari Islam adalah tauhid, memurnikan penyembahan dan peribadatan hanya untuk Allah swt. Implikasi konkritnya bagi KAMMI merupakan gerakan tauhid dengan dua makna dasarnya. Pertama, pembebasan (liberation) manusia dari berbagai jenis penyembahan dan mengembalikannya pada tempatnya yang haq Allah SWT. Kedua, deklarasi (declaration) tata sosial masyarakat Islami sebagai antitesis tata sosial materialisme jahiliyyah.

Prinsip-prinsip yang menurut Ismail al-Faruqi harus memenuhi beberapa kriteria, kesatuan, rasionalisme dan toleransi. Dengan kesatuan, Tuhan beserta kekuasaan yang meliputi-Nya menjadi pusat orientasi semua karya. Kemudian, melalui rasionalisme, Islam sangat menolak semua karya yang tidak berkaitan dengan realitas. Bahkan rasionalismelah yang membuat Islam sangat terbuka dengan hal-hal yang baru. Kemudian toleransi yang membuat Islam menerima semua yang tampak sampai kepalsuannya terungkap. Ketiga prinsip ini yang secara beruntun telah menuntun Islam dalam pencapaian kebudayaan yang tinggi.

Dalam Paradigma Gerakan KAMMI, poin pertama disebutkan bahwa KAMMI adalah Gerakan Da’wah Tauhid, syarah yang diberikan adalah sebagai berikut:
a.Gerakan Da’wah Tauhid adalah gerakan pembebasan manusia dari berbagai bentuk penghambaannya terhadap materi, nalar, dan sesama manusia, dan mengembalikannya pada tempatnya yang sesungguhnya: Allah swt.
b.Gerakan Da’wah Tauhid merupakan gerakan yang menyerukan deklarasi tata peradaban kemanusiaan yang berdasar pada nilai-nilai universal wahyu ketuhanan (illahiyyah) yang mewujudkan Islam sebagai rahmat semesta (rahmatan lil ‘alamin).
c.Gerakan Da’wah Tauhid adalah gerakan perjuangan berkelanjutan untuk menegakkan nilai kebaikan universal dan meruntuhkan tirani kemungkaran (amar ma’ruh nahi munkar)

Di titik ini, akan sangat berkesesuaian dengan Prinsip Gerakan KAMMI, yang terdiri dari enam poin:
a.Kemenangan Islam adalah jiwa perjuangan KAMMI
b.Kebathilan adalah musuh abadi KAMMI
c.Solusi Islam adalah tawaran perjuangan KAMMI
d.Perbaikan adalah tradisi perjungan KAMMI
e.Kepemimpinan umat adalah strategi perjuangan KAMMI
f.Persaudaraan adalah watak muamalah KAMMI
Ideologi adalah cara pandang, cara gerak dan aplikasi tindakan. Ideologi bukan hanya wacana atau bahan diskusi yg tersembunyi di puncak menara gading intelektual. Ideologi adalah perbuatan nyata. Karena itu, Kredo Gerakan KAMMI mengikrarkan diri:
“Kami adalah orang-orang yang senantiasa menyiapkan diri untuk masa depan Islam. Kami bukanlah orang yang suka berleha-leha, minimalis dan loyo. Kami senantiasa bertebaran di dalam kehidupan, melakukan eksperimen yang terencana, dan kami adalah orang-orang progressif yang bebas dari kejumudan, karena kami memandang bahwa kehidupan ini adalah tempat untuk belajar agar kami dan para penerus kami menjadi perebut kemenangan yang hanya akan kami persembahkan untuk Islam.”

Berpikir Untuk Indonesia
Reformasi telah berjalan satu dasawarsa, saatnya berpikir tentang ke-Indonesian. Sumbangsih terhadap republik ini tentunya tidak kalah seru dan menarik untuk segera digarap. Ada lahan amal dalam memperbaiki kondisi bangsa dan negara. Menjadikan Indonesia sebagai lahan pembelajaran tentunya lebih tepat ketimbang berdebat dalam bentuk khilafah untuk saat ini. Bilamana kesempatan itu datang tentunya umat telah siap mengelola segala potensi yang ada dengan bekal yang selama ini ada.

Berkaca pada perjalanan KAMMI sebagai gerakan mahasiswa islam, mari dipetakan peran KAMMI yang ada selama ini, apakah dalam kategori perbaikan umat, bangsa atau malah untuk diri organisasi (eksistensi). Pilihan apa yang diambil akan menunjukkan wawasan KAMMI secara keseluruhan. Wawasan kebangsaan, keumatan atau eksistensi pasca punya “gelar” di kancah reformasi.

QS 9:105 menyatakan “Dan katakanlah, beramallah kalian, maka Allah, Rasul-Nya dan orang-orang mukmin akan melihat amal kalian.” Kontribusi KAMMI adalah implementasi iman untuk bangsa sekaligus umat. Keterkaitan ini seharusnya dimaknai bahwa ada signifikansi KAMMI bergerak selama ini. Sehingga kebutusan solusi problematika bangsa dapat mendukung solusi problematika umat, begitupun sebaliknya. Inti komitmen terhadap Islam adalah komitmen kepada tatanan sosial yang adil, egaliter dan nireksploitasi merupakan semangat Islam yang sejati.

Dari kacamata tersebut, dapat dinilai apakah di saat wawasan kebangsaan atas masalah bangsa dan negara dibutuhkan KAMMI dapat merespon, apakah disaat wawasan keumatan diperlukan lantas KAMMI sigap menjawab, ataukah diam dengan alasan masih memperbaiki atau menunggu konsolidasi internal gerakan. Minimnya pernyataan sikap KAMMI atas berbagai kondisi di Indonesia, membuktikan KAMMI hanya milik dirinya sendiri atau minimal dengan klaim atas nama umat islam.

Memaknai Muslim Negarawan
Ubermensch, manusia unggulan versi Nietzsche, memiliki konsep layaknya “superman” yang memiliki kemampuan di atas manusia biasa namun keunggulannya cenderung ke arah individualisme, hedonis, tipe manusia homo homini lupus. Jelas berbeda dengan cita-cita KAMMI., yang mempersiapkan kadernya menjadi pemimpin masa depan yang tangguh dalam upaya mewujudkan masyarakat islami di Indonesia. Poin pemimpin dan masyarakat islami dimaknai bahwa KAMMI tidak sendiri namun ada berbagai elemen pendukung dan bukan pula menciptakan negara baru di bumi nusantara.

Seperti kata Ali Syari’ati, dengan merujuk kepada semangat yang membangun suatu peradaban yang penuh dengan kemakmuran dan kekuatan, dan semangat yang melahirkan suatu kebudayaan yang dilimpahi dengan pemikiran-pemikiran yang mencengangkan, dan perasaan yang dipenuhi oleh kesucian jiwa dan kedalaman intelektual serta cahaya hati.

Upaya lain yang harus dilakukan kader KAMMI yakni melakukan transformasi identitas dari gerakan islam bercitra kebangsaan" menuju ke "gerakan nasional berjiwa pluralis." Dengan cara demikian, maka ia akan mampu membuat lompatan politik yang melintas-batas dan menembus sekat agama, etnis, dan kepentingan eksklusif. Dalam hal ini, pilihan menggandeng berbagai organisasi lain diluar oraganisasi islam dapat membantu proses transformasi identitas politik, dan membuka saluran dan agregasi politik guna mengakomodasi aspirasi berbagai golongan. Saatnya KAMMI mematahkan tesis klasik, yang pernah dikemukakan sosiolog Belanda, WF Wertheim, bahwa umat Islam Indonesia itu mengidap sindrom inferiority complex "mayoritas dalam angka, namun minoritas dalam politik."

Tradisi KAMMI
Gerakan KAMMI adalah gerakan dakwah yang mempunyai kekhasan secara global, gerakan yang tidak mempunyai kemandirian secara metodelogis, gerakan politik yang terjebak pada mekanisme praksis.

Perlu dirumuskan sebuah kurikulum pendidikan politik yang sistemik sehingga bisa digunakan sebagai instrumen pencerdasan politik masyarakat. Sekali lagi, KAMMI bisa menjadi fasilitator dan memberikan ruang bagi masyarakat untuk berbicara menyalurkan keluh-kesah dan aspirasinya. Biarlah masyarakat berbicara dengan bahasa mereka sendiri, jangan eksploitasi aspirasi masyarakat untuk kepentingan KAMMI.

Berikan ruang misalnya dengan mengundang elemen masyarakat ke dalam sebuah forum yang di dalamnya mereka bisa mengeluarkan uneg-uneg dan keluh kesahnya. Dari sini, akan diketahui masalah-masalah yang secara langsung dirasakan masyarakat. Kalau masalah gerak (aksi) tinggal kita menyatukan langkah saja dengan aspirasi mereka. Inilah yang mungkin dinamakan kita bergerak bersama-sama rakyat dimana jargon inilah yang selalau dikumandangkan sejak awal berdirinya KAMMI sampai sekarang.

Meminjam istilah Jallaludin Rahmat, Berpikir kritis itu = logika + Referensi. Dapat ditarik benang merah bahwa pergulatan wacana itu penting untuk melatih budaya kritis dan melatih beradu konsep. Satu poin penting dalam kebiasaan aktivitas pergualatan wacana adalah terbukanya sebuah wawasan pola pikir yang jeli melihat berbagai macam kemungkinan realitas yang akan ditemukan ke depan.

Itu semua akan terbangun ketika para aktivis KAMMI banyak membaca referensi (buku-buku sebagai basis teori), sharing (berbagi) cerita dengan para pendahulu, menimba pengalaman dengan teman-teman gerakan dan kampus lain serta membudayakan tradisi berdialektika (berdiskusi yang argumentatif).

Tantangan Kelembagaan
Kini dan ke depan begitu banyak tantangan muncul di hadapan KAMMI. Perlu kesiapan infrastruktur dan suprastruktur yang rapi dan siap atas perubahan yang terjadi. Seandainya saja, jumlah kader KAMMI di daerah fokus saja pada satu kasus korupsi, maka terbayang sudah bagaimana gerakan KAMMI mampu mendobrak, apalagi kalau berhasil, berapa aset dan kekayaan negara yang dapat diselamatkan. Untuk itu perlu beberapa langkah berani dan strategis yang dapat ditempuh KAMMI.

Pertama, KAMMI perlu melakukan langkah advokasi untuk membela rakyat yang tertindas. Dalam manajemen dakwah, advokasi adalah jurus ampuh yang mampu menggantikan tuntutan abstrak menjadi konkret. Kedua, menggali potensi media termasuk budaya baca dan tulis kader sebagai institusi pembentuk opini. Melalui konteks ini dapat disaksikan betapa media memiliki kemampuan dan pengaruh sosial yang luar biasa, khususnya dalam menentang wewenang kelembagaan yang telah mapan. Gambaran yang dibuat media mampu membangun stereotip tertentu sebagai hasil cetakan yang muncul mengenai gambaran realitas yang ada, semisal kelompok garis keras, teroris, dan fanatik. Ketiga, sebagai kader intelektual muslim tentunya KAMMI pun harus bisa menelurkan karya-karya intelektual, seperti teori-teori sosial, budaya yang dihasilkan selama proses interaksi dari berbagai wacana dan realita masyarakat. Keempat, mengembangkan ketrampilan teknokratis KAMMI agar sejajar dengan lembaga pembuat kebijakan. Sebagai gerakan advokasi, yang dilakukan KAMMI selain melayani kebutuhan untuk mengkritisi sebuah peraturan dan kebjikan publik juga dapat memfasilitasi pembuatan legal draft. Kelima, perkuat konsepsi dan agenda gerakan dalam membangun nasionalisme Indonesia, dengan tetap dilandasi semangat perbaikan dan integrasi nasional serta konsistensi pada lima agenda perjuangan pemuda dan mahasiswa.

Bagian Sejarah Bangsa
Daniel Boorstin, mengatakan bahwa Pemimpin dikenal karena prestasi mereka, sedangkan selebritis dikenal karena ketenaran mereka. Pemimpin mencerminkan kemungkinan hakekat manusia, sedangkan selebritis kemungkinan besar karena pers dan media. Selebritis adalah orang yang membuat berita, tetapi para pemimpin adalah orang yang membuat sejarah. Asy Syahid Hasan Al Banna mengatakan, bahwa terbangunnya jiwa-jiwa yang hidup, kuat, tangguh , hati yang segar dengan memiliki semangat yang berkobar, jiwa-jiwa optimis yang merindukan tujuan dan nilai yang lurus akan menjadikan rangsangan untuk kebangkitan ummat. Fathi Yakan seorang tokoh pergerakan pemuda Islam mengatakan: “Semua ideologi yang berorientasi kepada strategi revolusi, menganggap pemuda sebagai tenaga paling revolusioner yang telah dan terjadi di seantero dunia ini.”

Ir. Soekarno berkata, “jangan datangkan padaku seribu orang tua, cukup sepuluh pemuda saja, maka akan aku goncangkan dunia ini.” Karena itulah, kebangkitan Islam sebagai inspirasi bagi kebangkitan KAMMI harus mampu melahirkan para pemikir dan pemimpin masa depan bahkan tokoh-tokoh yang berpengaruh pada masyarakat yang dibuktikan dengan berbagai karya besar dan monumental. Sejalan dengan itu Anis Matta menyatakan peluang para pemimpin gerakan merebut kepemimpinan masa depan bangsa, karena tipikal kepemimpinan nasional masa depan adalah tipikal kepemimpinan krisis yang terdapat tiga unsur sekaligus, yakni integritas, pengetahuan dan kepemimpinan.

Oleh karena itu langkah - langkah strategis yang mungkin bisa dilakukan adalah melakukan penguatan organisasi baik secara struktural dan kultural. KAMMI dalam segala dimensinya ternyata telah mampu mendobrak belantika gerakan dan politik bangsa. Arah kebangkitannya telah mengguncangkan alam akal dan pikiran serta perilaku untuk meraih visi besar yang diusungnya? Memang tidak bisa dipungkiri sejarah telah mencatat bahwa mayoritas pendobrak itu berasal dari kaum muda, kisah ashhabul kahfi pendobrak raja diktator dan bengis, pemuda Ali Bin Abi Thalib, Ammar Bin Yasir, Zaid Bin Haritsah dan sebagainya. Para pemuda itulah yang mula-mula menyambut dakwah dan menjadi pendukung Rasulullah SAW. Selain mereka masih banyak lagi figur pemuda yang telah membuktikan kualitasnya dalam berislam, beriman dan berjuang di jalan Allah, dan sekarang KAMMI pun tercatat dalam tinta sejarah kaum muda dan bangsa.

Epilog
Sejarah adalah serangkaian dongeng yang yang telah disepakati. Demikianlah menurut Voltaire. Media ingatan kolektif digunakan untuk menguasai ingatan, sekaligus untuk mengendalikan proses mengingat itu. Kalim Siddiqui menerangkan bahwa sejarah tidak menaruh belas kasihan dan tidak bersifat parsial dalam membahas kesalahan dan deviasi. Sejarah tidak toleran dalam segala tingkatan distorsi kebenaran, betapapun bermakna dan orisinilnya motif manusia yang ada di baliknya.
Telah terukir pula bahwa KAMMI sebagai gerakan mahasiswa islam pada satu dasawarsa lalu berani mengambil sikap untuk turun ke jalan bersama-sama gerakan-gerakan lain mengambil peran sentral dalam reformasi negeri ini. Kelahiran KAMMI merupakan sebuah keniscayaan sejarah. Latar belakang yang menyebabkan lahirnya KAMMI menuntut untuk terus berdiri kokoh menentang kezaliman di muka bumi ini. Idealisme kemahasiswaan dan ke-Indonesiaan yang dimiliki KAMMI niscaya menjadi pemantik bagi bara perjuangan berikutnya.
Satu dasawarasa usia KAMMI, tentunya harus lebih matang. Baik dalam pengelolaan kadernya maupun ketika mengambil keputusan politik etis-strategisnya. Jangan sampai KAMMI terjebak dalam euforia politik praktis yang seringkali menjerembabkan dalam jurang pragmatisme. Pada pandangan menatap masa depan, KAMMI terus bergerak menuntaskan perubahan yang selalu abadi. KAMMI telah lahir dan tak dapat ditarik dari sejarah.



Daftar Pustaka
Andi Rahmat dan Mukhammad Najib, Gerakan Perlawanan Dari Masid Kampus, 2007
H.M. Anis Matta, Dari Gerakan Ke Negara, 2006
Kalim Siddiqui, Seruan-Seruan Islam, 2002.
Tan Malaka, Madilog, 1999
Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, 1999
Eko Prasetyo, Islam Kiri: Melawan Kapitalisme Modal dari Wacana menuju Gerakan, 2002
Yudi Latif, Inteligensia Muslim dan Kuasa (Geneologi inteligensia muslim di Indonesia Abad ke-20), 2005
Forum LSM DIY, Indonesia Berkaca (Refleksi Kritis Atas Perubahan), 2000
Ardhi Rahman, Artikel Strategi Kebudayaan KAMMI (Risalah ‘re-Konstruksi’ Ideologi Gerakan KAMMI), Majalah Oposisi KAMMI UGM, Edisi 1/2006
Maringan Wahyudianto, Artikel refleksi, KAMMI, Kader Umat Atau Kader Bangsa, Buletin Cerdas KAMMI DIY, Edisi September 2007
Eko Prasetyo, Mendamba Islam sebagai Gerakan Sosial Baru, Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004
You liked this post? Subscribe via RSS feed and get daily updates.

0 comments:

terima kasih atas kunjungannya. silahkan menuliskan saran, kritik atau komentar apapun dalam kotak komentar dibawah ini :) dan bila ingin mengkopi, tolong sertakan link dan sumber. tabik!