Solidaritas Asia - Afrika

Tepat 53 tahun yang lalu, Indonesia sebagai tuan rumah bersama empat negara sponsor yakni, India, Srilangka, Birma, Pakistan, Birma (sekarang Myanmar) melaksanaan pertemuan bersejarah di Bandung, Konferensi Asia Afrika.

Pasca konferensi, negara-negara sedang berkembang Asia-Afrika sebagai satu kekuatan yang baru bangkit dan merdeka, lebih kuat naik ke arena internasional. Konferensi Asia-Afrika pada setengah abad yang silam merupakan tonggak penting gerakan pembebasan bangsa Asia-Afrika. Semangat yang dikenal dengan Dasa Sila Bandung adalah poin kesetiakawanan, persahabatan dan kerja sama yang digagasi konferensi itu telah menjadi tenaga penggerak yang kuat selama setengah abad dalam usaha mendorong negara berkembang yang luas berjuang dengan gigih untuk mewujudkan kebangkitan bangsa dan mendorong kemajuan umat manusia.

Setelah memasuki abad baru, era globalisasi, benua Asia-Afrika yang merupakan dua tempat asal penting peradaban umat manusia, menghadapi peluang baru dalam persatuan, kerja sama dan pembangunan, sementara menghadapi tantangan serius pula. Dapat dikatakan terdapat hentakan keras terhadap Asia-Afrika kini. Harga pangan dunia yang melonjak tajam dan harga minyak mentah yamg mencapai 115 dollar per barelnya telah memicu resesi dunia selain faktor resesi amerika serikat yang telah terjadi sebelumnya.

Eropa telah bersatu ke dalam rumah barunya Uni Eropa, ASEAN kini berbenah menuju pasar bebas Asia, Afrika dengan forum multilateral Uni Afrika, Amerika Latin dibawah koordinasi Venezuela dan Bolivia menjelma menjadi kekuatan sosialis baru pasca Sovyet. Pengorganisasian negara-negara ini telah memainkan peran signifikan. Tetapi bagi keseluruhan negara-negara Asia-Afrika masih banyak kendala dan tantangan. Timur Tengah sampai hari ini tidak pernah damai. Konflik pendudukan Israel atas tanah Palestina menjadi penyebabnya selain reaksi dunia internasional atas pengembangan nuklir Iran. Konflik Afrika dulu dikenal karena rasisme dan kelaparan kini hal yang sama terjadi bahkan menyebar konflik horisontal/ perang saudara seperti di Sudan dan Zimbabwe. Kerjasama Selatan-Selatan yang digagas Afrika Selatan saat ini terjadi stagnasi. Anomali terjadi dengan China. China menjelma menjadi naga asia yang disegani. Berbagai prediksi internasional menyatakan dengan tegas eksistensi dan ketergantungan akan negeri berjulukan Tirai bambu ini. Walaupun China sendiri tidak terlepas dari isu pendudukannya atas negeri para biksu, Tibet.

Atas latar belakang yang beragam pula, pemimpin Asia-Afrika sekali lagi berkumpul di Indonesia pada tahun 2005 lalu pada Konferensi Asia-Afrika kedua (KAA II) di Jakarta, membahas bersama masalah yang sangat penting, yaitu persatuan dan kerja sama Asia-Afrika di bawah situasi baru. Penegasan bahwa Asia-Afrika dapat semakmur Uni Eropa dan Amerika. Tidak hanya milik Jepang, India, Korea Selatan dan China tapi seluruh bangsa Asia dan Afrika. Kemajuan 3 tahun terakhir pasca KAA II seharusnya mampu menjawab kebutuhan dan solusi atas kepentingan bersama. Solidaritas Asia-Afrika, mungkin kata yang tepat untuk menyatakan kesetiakawanan antar negara yang pernah menjadi pusat peradaban dunia.
You liked this post? Subscribe via RSS feed and get daily updates.

0 comments:

terima kasih atas kunjungannya. silahkan menuliskan saran, kritik atau komentar apapun dalam kotak komentar dibawah ini :) dan bila ingin mengkopi, tolong sertakan link dan sumber. tabik!