Coretan Untuk KAMMI Komisariat UGM

Bagaiman mungkin dunia yang sekarang tengelam dalam kejahiliyahan kemudian sekali-sekali meminta Islam memberikan solusi kepada permasalahannya. Semestinya Jalankan dahulu Islam secara menyeluruh baru menanyakan masih adakah masalah yang dapat diselesaikan oleh Islam” (Sayyid Qutb)

Perubahan sosial adalah sebuah proses panjang. Penyiapan struktur dan rekonstruksi kultural masyarakat memerlukan waktu yang lama dan tenaga yang tidak sedikit. Posisi KAMMI dalam masyarakat sebagai garda depan perubahan menuntut adanya akselerasi kaderisasi. Ke depan, kader—yang dibesarkan oleh—KAMMI, akan menduduki posisi penting dalam struktur masyarakat. Mereka akan menjadi pioneer dalam proses perubahan masyarakat.

Di wilayah inilah, KAMMI menggebrak dengan Gerakan Ekstra Parlementer, Intelektual Profetik ataupun dengan Muslim Negarawannya, yaitu gerakan yang mempertemukan nalar akal dan nalar wahyu pada usaha perjuangan perlawanan, pembebasan, pencerahan, dan pemberdayaan manusia secara organik. Ekstra parlementer, Intelektual profetik ataupun Muslim negarawan adalah proses membangun kesadaran, membentuk paradigma dan menggerakkan secara massif dan organik. yang lahir bukan hanya untuk berwacana atau menenggelamkan diri dalam lautan buku dan diskusi belaka atau sekedar demonstrasi, namun untuk membentuk sebuah paradigma baru mujahid cerdas (smart muslim fighter).

Dr. Ali Syari’ati berpendapat bahwa kesadaran itu tampak jelas dalam bentuk keimanan, ideologi dan perilaku orang yang mencari prinsip, berjuang mendorong manusia (individu maupun kelompok) untuk berubah. Manusia yang sadar adalah manusia yang memiliki pandangan ideologi yang kritis, rasa keterikatan dengan masyarakat tertentu, dan mengenal kondisi jama’ah (komunitas) tersebut. Manusia yang memiliki rasa tanggung jawab individu dalam menghadapi problematikanya, diformat karakternya oleh perasaan kolektif dan partisipatif dalam perjalanan dan pekerjaan masyarakatnya. Ia juga relevan dengan suatu masyarakat yang menginginkan kebangkitan.

Lantas dimana peran islam? Islam berposisi sebagai ideologi hidup seorang muslim. Arus ini memahami agama Islam bukan sekedar sebagai keyakinan agama (aqidah diniyyah), tetapi ia adalah aturan sosial (qanuun ijtima’iyyah), petunjuk spiritual (hidayah ruuhiyah) dan ikatan sosial politik (rabithah ijtima’iyah siyasiyah). Perlu dipahami pula bagaimana konstruksi ideologi kita. Ideologi adalah cara pandang, cara gerak dan aplikasi tindakan. Ideologi bukan hanya wacana atau bahan diskusi yg tersembunyi di puncak menara gading intelektual. Ideologi adalah perbuatan nyata. Karena itulah, Kredo Gerakan KAMMI mengikrarkan diri:
“Kami adalah orang-orang yang senantiasa menyiapkan diri untuk masa depan Islam. Kami bukanlah orang yang suka berleha-leha, minimalis dan loyo. Kami senantiasa bertebaran di dalam kehidupan, melakukan eksperimen yang terencana, dan kami adalah orang-orang progressif yang bebas dari kejumudan, karena kami memandang bahwa kehidupan ini adalah tempat untuk belajar agar kami dan para penerus kami menjadi perebut kemenangan yang hanya akan kami persembahkan untuk Islam.”

Sekarang ini dengan kondisi gerakan terutama KAMMI, tidak mungkin dapat mengandalkan Al Wujahiyah (figuritas). Dalam beberapa kasus diketahui bagaimana kepemimpinan seseorang terutama di KAMMI sendiri, tidak dapat diharapkan individual leader tetapi yang harus ada adalah kolektif leadership yang terdiri dari beberapa sosok yang saling mengisi. Seperti yang dikatakan oleh Imam Hasan Al Banna “Sesungguhnya sebaik-baiknya Qiyadah (pemimpin) adalah jika dalam hal istifadah ilmiah (pemanfaatan keilmuannya) dia seorang ustadz, dalam hal ribatil qulb (keterikatan hatinya) dia seorang ayah, dalam hal tarbiyah ruhiyah dia seorang syekh dan dalam hal siasia da’wah dia seorang panglima”. Sulit memang kalau harus menemukan seseorang yang memiliki hal-hal tersebut, bahkan terkadang pertanyaan muncul adalah mana iron stock KAMMI yang mampu berpikir futuristik dan kuat sinergisitasnya antara kultur haroki dengan tradisi ilmiah intelektual, antara ruhiyah dan sense social politic.

Munculnya KAMMI dari suatu barisan umat Islam yang telah dihasilkan dari proses kaderisasi yang kader-kadernya mempunyai beragam potensi dan kafaah (keahlian) masing-masing dan merekan diberikan peluang seluas-luasnya untuk mengekspresikannya sehingga akan muncul proses proyeksi, promosi dan nominasi kepemimpinan yang akan datang. Dan proses itulah yang dilakukan Rasulullah saw ketika mulai menggagaskan penataan barisan umat Islam sejak di Mekkah.

Penataan dalam KAMMI Komisariat UGM dimulai dari fungsi-fungsinya yang ada dalam menjalankan roda organisasi dalam keseharian kinerjanya. Berikut lanjutan coretan penulis sebagai bahan renungan untuk dapat dianalisis dan harapannya dapat menstimulan gerak roda KAMMI Komisariat UGM ke depan.

Kaderisasi
Kepengurusan kali ini mendapatkan tantangan untuk mampu mengejawantahkan konsep baru orientasi KAMMI sebagai gerakan mahasiswa dengan kaderisasi siyasinya untuk membentuk Muslim Negarawan sebagai iron stock kepemimpinan nasional masa depan. Boleh jadi kegamangan dalam pengejawantahan konsep baru ini adalah bagian dari proses pencarian formula yang terbaik dalam pengelolaan ratusan kader KAMMI Komisariat UGM dengan action plan dan frame gerak yang tegas.

Mantan Ketua Umum KAMMI Pusat, Andi Rahmat, pernah mengungkapkan bahwa gerakan mahasiswa islam yang paling mungkin diwujudkan adalah gerakan yang mampu menampakkan sikap-sikap moderasi, toleran terhadap perubahan dan cepat beradapasi dengan situasi. Ketiganya akan semakin mungkin manakala ditopang oleh konsistensi gerakan mahasiswa islam dalam membina dan melahirkan kader-kadernya.

KAMMI adalah gerakan massa (kuantitatif) bukan kader. Terbukti dengan tidak adanya sistem pengkaderan yang khas secara metodelogis dan metode. Dia hanyalah sebuah cover dari kelas tertentu dalam gerakan ideologi yang lebih besar, sehingga posisinya sebagai client secara fisiologis dari gerakan ideologi itu sendiri. Hal ini mengakibatkan ketidakmandirian metodelogi gerakan pada KAMMI dan anehnya KAMMI sepertinya menikmati keadaannya (powerlessness).

Kehumasan
KAMMI jelas membentuk kultur gerakan, kultur mahasiswa, kultur moral, kultur politik masyarakat negeri ini. Kultur-kultur tersebutlah yang menjadikan KAMMI memiliki citra dan citarasa tersendiri. Membentuk citra dan membentuk kultur, berawal dari bahasa, kata dan isu. Permainan kerja-kerja soft dan ideologis jurnalistik dalam rangkaian kata, kalimat, paragraf pernyatan sikap, opini maupun feature yang terhimpun dalam release, artikel ataupun jurnal.

Kerja ideologis jurnalistik membutuhkan tangan dan kaki untuk paripurnanya transformasi. Tangan dan kaki itu dapat dimaknai sebagai media dan jaringan. Lantas bagaimana kita menumbuhkembangkan potensi jurnalistik kader KAMMI Konisariat UGM, memperluas eksistensi KAMMI Konisariat UGM dalam ranah publik serta memperkuat jaringan terutama dengan media merupakan arahan yang yang harapannya memacu kreatifitas kita bersama dalam kerja-kerja kehumasan. Kerja-kerja kehumasan harus dapat dimengerti sebagai indeep publication artinya semua tingkah laku kader-kader sebagai humas harus dipandang sebagai bentuk pencitraan dan pelaksanaan fungsi public relations.

Kajian Strategis
Kondisi kader yang heterogen dan memiliki keterbatasan kesempatan untuk mempelajari persoalan sosial politik tentu saja membutuhkan back up khusus agar mereka juga paham dengan kondisi yang ada tanpa harus memerlukan waktu khusus yang lama untuk secara teoritis belajar tentang persoalan-persoalan sosial politik. Tentu saja dengan kondisi yang demikian dibutuhkan sejumlah kemampuan dan kepahaman terhadap persoalan-persoalan yang ada. Kastrat tentu saja memiliki andil yang besar agar seorang kader KAMMI memiliki kerangka minimal dalam struktur berpikirnya tentang sejumlah persoalan sosial dan politik yang terjadi.

Ide menjadikan Kastrat sebagai social and politics laboratory bagi kader KAMMI Konisariat UGM sebagai wadah mengasah sense sosial politik, forum penajam wawasan, wadah memadukan konsep dan gagasan, unit analisa sosial politik, jembatan dengan elemen lain, “Pabrik” peng-counter isu dan kawah candradimuka “negarawan—politisi muda”, kiranya bukan sesuatu yang mengada-ada jika dikaitkan dengan kelemahan kualitas kader-kader KAMMI Konisariat UGM. Gagasan normatif ini tentu saja hanya akan menjadi angan-angan saja jika tidak didukung kemauan kuat untuk merealiasasikannya, karena itu dibutuhkan bantuan dari seluruh elemen yang ada untuk mewujudkannya.

Keuangan
Tentunya kita mengenal Abu Bakar, Umar Bin Khattab, Abdurrahman Bin Auf ataupun Khadijah, mereka adalah figur yang mampu menegakkan pilar-pilar ekonomi umat. Mereka mampu menjadi pribadi-pribadi yang mandiri, manager-menager profesional dan mampu menggenggam dunia dengan menginfakkan seluruh hartanya dalam jalan dakwah.

Uang boleh jadi bukanlah segalanya tetapi tanpa uang banyak aktifitas yang terhambat. Layaknya sebuah pemerintahan yang menghidupi dan mengelola aktifitasnya, KAMMI tampil dengan profil ini. Idealisme ini kemudian melebur bersama jargon “sunduquna juyubuna” seperti mengkristal dan lekat dalam karakter kadernya, sehingga yang terjadi adalah seluruh aktifitas KAMMI seakan menguras harta/aset pribadi kader.

Tantangan kedepan bukan hanya perekonomian negara yang harus bangkit dan stabil tetapi juga KAMMI Komisariat UGM. Kebangkitan ekonomi berarti pula terbentuknya mandiri kader dan profesionalisme pengelolaan keuangan institusi.

Kesekretariatan dan Litbang (Penelitian & Pengembangan)
Manajemen organisasi profesional dapat diketahui dari peran besar fungsi kesekretariatan, kearsipan dan kerumahtanggaan. Semua data internal KAMMI seyogyanya dimiliki dan kemudahan kader untuk mengakses. Informasi up-date seharusnya dikumpulkan dari berbagai bidang yang dimiliki KAMMI Komisariat UGM untuk dilakukan pengarsipan, ini penting untuk menghilangkan kesan reaktif atas kerja-kerja KAMMI Komisariat UGM.

Pengembangan organisasi dapat dilakukan dengan analisis sosial yang memerlukan tim khusus, apalagi khusus di KAMMI Komisariat UGM dengan ada struktur terkecil, rumpun. Peran pengontrol agar tidak memunculkan “raja-raja kecil” menuju sinergisitas komisariat-rumpun dan peniadaan overlaping peran masisng-masing.

Advokasi dan Pelayanan Masyarakat
Abstaraksi sebuah keprihatinan memunculkan sense of society pada sebagian masyarakat yang sekarang lebih cenderung apatis terhadap kondisi yang ada. Termasuk bila keapatisan ini dimiliki the intelectual minority (mahasiswa), maka kekuatan moral yang sanggup memberi energi baru bagi masyarakat untuk bangkit dari keterpurukan kondisi semakin minim.

Peran untuk mengasah sense of society sangat penting terutama untuk KAMMI dalam mencari format dalam melakukan pendampingan, pembinaan dan pemberdayaan terhadap potensi-potensi dalam masyarakat sebagai investasi jangka panjang pembentukan basis sosial. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah menjalankan fungsi advokasi bagi masyarakat yang dilemahkan, peranan ini cukup strategis mengingat hari-hari ini developmentalism berkembang kembali seiring otonomi daerah sehingga masyarakat sekali lagi akan menjadi victims. Sebagai gerakan tentu ini peluang kalau sekedar mencari eksistensi namun lebih dari itu ini adalah implementasi dari tauhid sosial.

Menurut konsepsi jama’ah Ikhwanul Muslimin tentang kesadaran politik, yaitu “pandangan universal yang mencakup wawasan politik, nilai-nilai dan orientasi politik, yang memungkinkan seseorang untuk mengerti situasi, kondisi dan problematika masyarakatnya, memecahkannya, memberi keputusan, dan menentukan pendirian terhadapnya, yang mendorongnya untuk bergerak dalam rangka mengubah atau mengembangkannya.” Jelas imbas yang terjadi manakala KAMMI Komisariat UGM memiliki prioritas dalam mengasah sense of society sebagaimana pada konsepsi tersebut.

Penutup
Kelahiran KAMMI merupakan sebuah keniscayaan sejarah. Latar belakang yang menyebabkan lahirnya KAMMI menuntut untuk terus berdiri kokoh menentang kedzaliman di muka bumi ini. Idealisme kemahasiswaan dan keindonesiaan yang dimiliki KAMMI niscaya menjadi pemantik bagi bara perjuangan berikutnya.
Saat ini, ketika umur 8 tahun, KAMMI harus lebih matang. Baik dalam pengelolaan kadernya maupun ketika mengambil keputusan politik taktis-strategisnya. Jangan sampai KAMMI khususnya KAMMI Komisariat UGM terjebak dalam euforia politik praktis yang seringkali menjerembabkan dalam jurang pragmatisme.
Omid Safi menyatakan, "Vision and activism are both necessary. Activism without vision is doomed from the start. Vision without activism quickly becomes irrelevant". Dengan memadukan dimensi visi dan aktifisme sekaligus, KAMMI Komisariat UGM akan mampu menjadi gerakan islam yang progresif dan revolusioner, hadir dalam wajah yang populis, intelektual, merakyat dan jauh dari kesan elitis dan utopis. Wallahu a`lam ***
You liked this post? Subscribe via RSS feed and get daily updates.

0 comments:

terima kasih atas kunjungannya. silahkan menuliskan saran, kritik atau komentar apapun dalam kotak komentar dibawah ini :) dan bila ingin mengkopi, tolong sertakan link dan sumber. tabik!