Gerakan diskusi dan menulis kembali menguat. Stimulan yang hadir dari anak muda yang menghidupkan suasana diskusi di malam-malam kontrakan yang diberi nama B-07. Berbicara tentang nama B-07 sendiri tidak lepas dari peniruan nama kontrakan-kontrakan yang ada di Jogja. Berhubung dalam lingkaran "ikhwah" maka begitu banyak nama kontarakan selalu memakai nama-nama yang menggunakan bahasanya Abu Jahal. Ups, bukan maksud menghina tapi memang Abu Jahal menggunakan bahasa arab, lain ceritanya dengan Karl Marx. Dia tidak bisa menggunakan bahasa arab. Berandai kalau si Karl Marx bisa berbahasa arab, mesti dia akan menjawab bahwa solusi melawan kapitalisme dan perlawanan kelas dengan mencontoh bagaimana Islam menjawab urusan kapital dan kelas.
Please, Jangan dibaca! Jangan!
Posted by
Maringan Wahyudianto, SH
Labels:
celoteh,
conscience
Malam ini menarik juga. Diskusi panjang tentang KAMMI, Century, Negara, Bisnis (baca: proyek), KPK, dan tentu saja lagi-lagi PKS. Sayang tidak banyak yang ikut. Hanya 4 orang saja dan sambil makan nasi penyet tempe telur.
Aku, Nendi (KAMDA Sleman), Arif (x-BEM KM UGM), dan Lakso (X-BEM KM, Garda Intelegensia).
Jadi ingat dengan Lenin tatkala akan menciptakan imperium sosialis. Tidak butuh banyak orang. Tapi kali ini kita bukan mau mendirikan imperium. Sederhana saja, memperkuat gerakan ekstra parlementer melalui KAMMI, BEM, LSM dan forum diskusi, dan paling utama kaderisasi ide dan gagasan. Kalau yang terakhir seperti "brainwashing". ckckck...
Aku, Nendi (KAMDA Sleman), Arif (x-BEM KM UGM), dan Lakso (X-BEM KM, Garda Intelegensia).
Jadi ingat dengan Lenin tatkala akan menciptakan imperium sosialis. Tidak butuh banyak orang. Tapi kali ini kita bukan mau mendirikan imperium. Sederhana saja, memperkuat gerakan ekstra parlementer melalui KAMMI, BEM, LSM dan forum diskusi, dan paling utama kaderisasi ide dan gagasan. Kalau yang terakhir seperti "brainwashing". ckckck...
1 comments 27 February, 2010
Semboyan Hukum yang Salah (?)
Posted by
Maringan Wahyudianto, SH
Labels:
Hukum
STORI 1
Dikisahkan oleh Seneca, seorang hakim bernama Piso, lengkapnya Lucius Calpurnius Piso Caesninus (43SM) menghukum mati seorang prajurit karena membunuh seorang laki-laki bernama Gayus. Ia memerintahkan seorang algojo untuk melaksanakan putusan itu. Sewaktu eksekusi akan dilaksanakan, Gayus datang dan ternyata ia masih hidup. Sang algojo tidak jadi melaksanakan hukuman itu dan ia melapor kepada Piso bahwa Gayus masih hidup. Piso marah dan memutuskan untuk menghukum mati sang algojo, prajuri dan Gayus. Alasan Piso, algojo patut dihukum karena ia tidak melaksanakan perintah eksekusi. Prajurit tetap dihukum karena demikian putusan hakim, dan Gayus dihukum karena ia penyebab prajurit dan algojo dihukum mati.
Piso kemudian berkata: “Fiat justita, et pereat mundus” dalam bahasa Indonesia ucapan Piso ini menjadi “Hukum harus tegak walapun langit runtuh”.
Dikisahkan oleh Seneca, seorang hakim bernama Piso, lengkapnya Lucius Calpurnius Piso Caesninus (43SM) menghukum mati seorang prajurit karena membunuh seorang laki-laki bernama Gayus. Ia memerintahkan seorang algojo untuk melaksanakan putusan itu. Sewaktu eksekusi akan dilaksanakan, Gayus datang dan ternyata ia masih hidup. Sang algojo tidak jadi melaksanakan hukuman itu dan ia melapor kepada Piso bahwa Gayus masih hidup. Piso marah dan memutuskan untuk menghukum mati sang algojo, prajuri dan Gayus. Alasan Piso, algojo patut dihukum karena ia tidak melaksanakan perintah eksekusi. Prajurit tetap dihukum karena demikian putusan hakim, dan Gayus dihukum karena ia penyebab prajurit dan algojo dihukum mati.
Piso kemudian berkata: “Fiat justita, et pereat mundus” dalam bahasa Indonesia ucapan Piso ini menjadi “Hukum harus tegak walapun langit runtuh”.
Shock Culture/ Kampungan
Posted by
Maringan Wahyudianto, SH
Labels:
conscience
Deso (baca: ndeso) itulah sebutan untuk orang yang norak, kampungan, udik, shock culture, Countrified dan sejenisnya. Ketika mengalami atau merasakan sesuatu yang baru dan sangat mengagumkan, maka ia merasa takjub dan sangat senang, sehingga ingin terus menikmati dan tidak ingin lepas, kalau perlu yang lebih dari itu. Kemudian ia menganggap hanya dia atau hanya segelintir orang yang baru merasakan dan mengalaminya. Maka ia mulai atraktif, memamerkan dan sekaligus mengajak orang lain untuk turut merasakan dan menikmatinya, dengan harapan orang yang diajak juga sama terkagum-kagum sama seperti dia.
Lebih dari itu ia berharap agar orang lain juga mendukung terhadap langkah-langkah untuk menikmatinya terus-menerus. Hal ini biasa, seperti saya juga sering mengalami hal demikian, tetapi kita terus berupaya untuk terus belajar dari sejarah, pengalaman orang lain, serta belajar bagaimana caranya tidak jadi orang norak, kampungan alias deso.
Lebih dari itu ia berharap agar orang lain juga mendukung terhadap langkah-langkah untuk menikmatinya terus-menerus. Hal ini biasa, seperti saya juga sering mengalami hal demikian, tetapi kita terus berupaya untuk terus belajar dari sejarah, pengalaman orang lain, serta belajar bagaimana caranya tidak jadi orang norak, kampungan alias deso.
Pesan Hidup Dari Bocah Penjual Koran
Posted by
Maringan Wahyudianto, SH
Labels:
celoteh,
conscience
Dari tadi pagi hujan mengguyur kota tanpa henti, udara yang biasanya sangat panas, hari ini terasa sangat dingin. Di jalanan hanya sesekali mobil yang lewat, hari ini hari libur membuat orang kota malas untuk keluar rumah.
Di perempatan jalan, Umar, seorang anak kecil berlari-lari menghampiri mobil yang berhenti di lampu merah, dia membiarkan tubuhnya terguyur air hujan, hanya saja dia begitu erat melindungi koran dagangannya dengan lembaran plastik.
“Korannya bu !”seru Umar berusaha mengalahkan suara air hujan.
Dari balik kaca mobil si ibu menatap dengan kasihan, dalam hatinya dia merenung anak sekecil ini harus berhujan-hujan untuk menjual koran. Dikeluarkannya satu lembar dua puluh ribuan dari lipatan dompet dan membuka sedikit kaca mobil untuk mengulurkan lembaran uang.
READ MORE [...]
Di perempatan jalan, Umar, seorang anak kecil berlari-lari menghampiri mobil yang berhenti di lampu merah, dia membiarkan tubuhnya terguyur air hujan, hanya saja dia begitu erat melindungi koran dagangannya dengan lembaran plastik.
“Korannya bu !”seru Umar berusaha mengalahkan suara air hujan.
Dari balik kaca mobil si ibu menatap dengan kasihan, dalam hatinya dia merenung anak sekecil ini harus berhujan-hujan untuk menjual koran. Dikeluarkannya satu lembar dua puluh ribuan dari lipatan dompet dan membuka sedikit kaca mobil untuk mengulurkan lembaran uang.
Ayah, Maafkan Dita
Posted by
Maringan Wahyudianto, SH
Labels:
celoteh,
conscience
Ini adalah kisah yang sangat mengharukan. perlu dibaca dan disadari betapa pentingnya kesabaran. berpikir sebelum bertindak. waktu tidak bisa diputar balik. terutama bagi Yang sudah lama jadi Orang tua, baru akan punya anak dan yang akan membina rumah tangga, dan bagi semua orang. Thanx my brother Rizky.
Sepasang suami istri (seperti pasangan lain di kota2 besar meninggalkan anak2 diasuh pembantu rumah tangga sewaktu bekerja).
Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Ia sendirian di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur.
Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.
READ MORE [...]
Sepasang suami istri (seperti pasangan lain di kota2 besar meninggalkan anak2 diasuh pembantu rumah tangga sewaktu bekerja).
Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Ia sendirian di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur.
Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.
Mengapa Ayam Menyebrang Jalan?
Ini kumpulan jawaban dari banyak orang, mengapa ayam menyebrang jalan?
Jawaban dari :
*Guru TK : supaya sampai ke ujung jalan
*PLATO : untuk mencari kebaikan yang lebih baik
*Guru TK : supaya sampai ke ujung jalan
*PLATO : untuk mencari kebaikan yang lebih baik
0 comments 15 February, 2010
Cara Mengetahui Uang Palsu
Banyaknya pemalsuan di negara kita mengharuskan kita waspada. Di bawah ini ada beberapa tips untuk mengetes keaslian uang rupiah dengan cara yang gampang sekali.
# Mengetes uang Rp 100.000 - 50,000 dan 20,000 an
1. Lipat menjadi 4 bagian secara simetris memanjang
2. Tekan uang tersebut dengan perasaan secukupnya
3. Buka perlahan-lahan lipatan uang tsb
4. Bila kacamata Bung Hatta,WR Supratman atau Ki Hajar pecah berarti palsu
5. Khusus 50.000 an, periksa teks lagunya, kalau bukan Indonesia raya pasti palsu
READ MORE [...]
# Mengetes uang Rp 100.000 - 50,000 dan 20,000 an
1. Lipat menjadi 4 bagian secara simetris memanjang
2. Tekan uang tersebut dengan perasaan secukupnya
3. Buka perlahan-lahan lipatan uang tsb
4. Bila kacamata Bung Hatta,WR Supratman atau Ki Hajar pecah berarti palsu
5. Khusus 50.000 an, periksa teks lagunya, kalau bukan Indonesia raya pasti palsu
0 comments 13 February, 2010
Subscribe to:
Posts (Atom)