Dukung Energi Nuklir di Indonesia

Perencanaan opsi nuklir telah dimulai tahun 2000, tahun 2005 pemerintah sepakat dengan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir pertama (PLTN 1), dan rencananya tahun 2010 konstruksi awal PLTN 1 dimulai sehingga tahun 2016-2017 PLTN 1 sudah dapat beroperasi. Target pada tahun 2025-2026, di Indonesia telah beroperasi empat PLTN. Roadmap kontruksi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) setidaknya memberikan gambaran angka kebutuhan listrik tanah air.

Penentuan wilayah semenanjung Muria, Jawa Tengah sebagai wilayah pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah memicu protes berbagai pihak. Tampaknya banyak masyarakat belum mendapat sosialisasi komprehansif dalam pemanfaatan dan peran strategis energi nuklir di masa depan. Peningkatan populasi penduduk yang berbanding lurus dengan kebutuhan energi, apalagi tren penduduk menunjukkan perkembangan penduduk agricultural menuju industrial, menipisnya cadangan sumber energi konvensional (minyak bumi, gas), serta keterbatasan daya dukung lingkungan terhadap efek penggunaan sumber energi konvensional adalah sebagian alasan pemilihan energi nuklir sebagai alternatif dan cadangan kebutuhan energi dalam negeri.

Tampilnya kesan buruk energi nuklir terhadap lingkungan hidup menyebabkan sisi-sisi potensi positif energi listrik tertutupi. Energi nuklir memiliki kelemahan yang sama dengan energi konvensional lainnya, seperti potensi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Masalah keamanan konstruksi PLTN yang menjadi penolakan karena kekhawatiran akan kebocoran radioaktif tentunya telah dipikirkan, sehingga pemilihan wilayah konstruksi PLTN di semenanjung muria dinilai tepat karena kondisi tanah yang stabil.

Rusia, Perancis, dan beberapa negara eropa barat lainnya merupakan contoh negara-negara yang telah memanfaatkan energi nuklir dalam menghidupi kebutuhan listrik, baik pemukiman maupun industri. Tragedi Chernobyl maupun kasus tumpahan limbah radioaktif seharusnya tidak menjadi alasan meniadakan pengembangan energi nuklir di Indonesia. Daya dukung konstruksi, teknologi pengolahan uranium sebagai bahan baku energi nuklir, serta pengolahan limbah radioaktif yang harus dioptimalkan.

Kebutuhan akan listrik adalah primer, apalagi berkaitan dengan pembangunan yang sedang berjalan. Berapa banyak investor yang keluar Indonesia karena macetnya suplai listrik industri. Berapa kerugian yang diderita perusahaan dan industri kecil menengah selama krisis listrik melanda Indonesia khususnya daerah Jawa, Madura dan Bali, sementara di sisi lain ternyata masih ada wilayah Indonesia yang belum terjangkau listrik.

Beberapa pihak yang menolak energi nuklir, mengajungan energi alternatif lainnya, seperti Biofuel, fuel cell, micro hydro. Kenyataannya energi alternatif ini belum siap untuk segera berproduksi, masih diperlukan penelitian, pengembangan, dan perencanaan yang lebih luas. Tentunya ketidaksiapan ini berpengaruh pada cadangan dan pemanfaatan energi secepat mungkin. Para pihak, baik yang pro dan kontra sepantasnya untuk berpikir lebih luas dan mencari jalan yang riil, solutif, dan aplikatif karena kebutuhan listrik nasional sudah mendesak.

Harapannya tentu saja terhadap pemerintah agar tidak sekedar berwacana dalam pengembangan berbagai alternatif energi nasional. Realisasikan pengembangan energi non-konvensional, baik energi nuklir maupun energi terbarukan sehingga dapat menunjang kebutuhan listrik nasional.
You liked this post? Subscribe via RSS feed and get daily updates.

0 comments:

terima kasih atas kunjungannya. silahkan menuliskan saran, kritik atau komentar apapun dalam kotak komentar dibawah ini :) dan bila ingin mengkopi, tolong sertakan link dan sumber. tabik!