Musibah yang Meninggikan

Perhatikan 2 ayat berikut :

Al Ankabuut 29 : 2
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami Telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?” (2)

Al Anbiya 21 : 35
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan” (35)


Hakikat Musibah
Jelas sekali bahwa jika kita menisbatkan diri, merasa bagian dari orang beriman, maka pasti akan mengalami ujian dari Allah. Apa bentuk ujiannya ? Bisa berupa kebaikan bisa juga berupa keburukan.
Maka jangan kaget jika kemudian datang kondisi-kondisi sulit, suasana yang menyayat hati, perasaan yang begitu menekan, menerpa kita. Hingga kita merasa dunia ini begitu sempit. Kita merasa kehabisan jalan keluar. Merasa tidak ada lagi harapan baik akan hari esok. Kehilangan orang yang dicintai, kecelakaan lalu lintas, kehilangan motor, usaha yang seret, kena tipu, nilai ujian yang buruk, dihinakan orang dan sebagainya adalah sebagian kecil bentuk skenario Allah dalam menguji umat-Nya. Jika kita sedang atau pernah dan pasti pernah mengalami hal itu maka ketahuilah bahwa itu adalah ujian dari Allah untuk menguji keimanan kita.
Tetapi ketahuilah bahwa ujian adalah suatu proses untuk meningkatkan jenjang kedudukan kita. Anak SD akan mengalami ujian untuk masuk ke derajat SLTP. Semakin banyak ujian yang dihadapi maka akan semakin tinggi kedudukan sang penuntut ilmu tersebut. Seorang professor telah mengalami ujian berkali-kali, yang jauh lebih banyak dibandingkan seorang lulusan SLTP. Maka jika kepahitan dalam hidup, kesedihan dalam hidup, musibah, itu diartikan sebagai ujian maka itu berarti orang yang tertimpa musibah sebenarnya sedang mendapat kesempatan untuk promosi kedudukan yang semakin baik. Dengan catatan dia lulus dalam menghadapi ujian tersebut.
Maka mulai sekarang tolong dipahami, ketika Allah menurunkan musibah kepada kita, sebenarnya Allah sayang kepada kita. Allah sedang ingin meninggikan kedudukan kita. Hanya tugas kita kemudian adalah memutar otak, memeras pikiran agar dapat lulus dari ujian Allah tersebut. Maka apakah masih mau marah, menghujat kepada Allah ketika ditimpa musibah? Sementara Allah bermaksud meninggikan kedudukan kita?

Bentuk Peninggian Allah kepada Hamba-Nya
Setidaknya ada 4 hal yang akan kita dapatkan sebagai balasan dari kesabaran terhadap cobaan yang Allah karuniakan kepada kita. Yang sebenarnya adalah untuk meninggikan kedudukan kita, memberikan posisi dan kondisi yang lebih baik kepada kita.
1. Allah akan mengganti yang lebih baik

Ummu Salamah berkata “Saya mendengar Rasulallah bersabda, “Tiada seorang muslim pun yang ditimpa suatu musibah lalu mengucapkan apa yang diperintahkan Allah (yang artinya : Sesungguhnya kita ini milik Allah dan kepada-Nya lah kita akan kembali. Ya Allah berikanlah pahala kepadaku atas musibah ini, dan gantikanlah dengan yang lebih baik darinya), kecuali Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. (H R Muslim)

Ketika Ummu Salamah ditinggal mati suaminya, Abu Salamah, seorang yang shalih. Kemudian Ummu Salamah memanjatkan doa tersebut. Tak berapa lama waktu kemudian, Abu Salamah sang mantan suami,  diganti yang lebih baik ….............................................…., diganti dengan Rasulullah, seorang manusia yang paling baik sejagat.

2. Kesabaran pada musibah akan menjadi kaffarah (penghapus dosa)

Aisyah berkata Rasulullah bersabda “Setiap musibah yang menimpa seorang muslim pastilah Allah menjadikannya kaffarah (penghapus dosanya) meskipun itu hanya tertusuk duri”

Abu Hurairah meriwayatkan, “Ujian akan terus datang kepada seorang mukmin atau mukminah mengenai jasadnya, hartanya, dan anaknya sehingga dia menghadap Allah dengan keadaan tanpa membawa dosa” (H R Ahmad)

3. Surga

Abu Hurairah berkara, Rasulullah bersabda “ Allah berfirman : “Tidak ada pahala yang kusediakan bagi hambaku yang beriman, yang jika aku ambil kekasihnya (semua yang dikasihi) dari penduduk dunia, lalu ia ikhlas, kecuali surga” (H R Bukhari).

4. Allah mengajarkan Ilmu

Ingat saat pertama kali belajar naik motor atau naik mobil? Apa yang anda rasakan?
Grogi, deg-degan, berkeringat dingin, gemetar, ketakutan setengah mati, nggak nyaman. Tetapi jika anda mampu mengatasi ketidaknyamanan itu, maka anda InsyaAllah akan tambah satu ilmu yaitu ilmu naik motor. Bagaimana dengan orang yang tidak mau meneruskan program belajar naik motor? Maka dia tidak akan tambah ilmunya, tidak akan bisa naik motor selamanya.

Begitu juga dengan kehidupan. Orang yang berlari dari masalah, justru menghujat orang lain, mencari kambing hitam, stress, depresi, tidak bisa menerima kenyataan, maka dia tidak akan semakin cerdas dalam menjalani hidup. Tetapi orang yang tabah, sabar dalam menjalani ujian, musibah, maka orang inilah yang akan semakin cerdas. Orang yang pandai mengambil hikmah. Ulil Albab.
Seluruh uraian di atas itulah yang dimaksud dari surah Alam Nasyrah (94 : 5 – 6)
Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (5) Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (6)

Nikmat Allah Manalagi Yang Akan Kita Dustakan
Memang di luar 4 hal tersebut, musibah kadang datang untuk memperingatkan kita, sedikit mencubit kita, agar segera tersadar dan kembali ke jalan Allah setelah beberapa waktu tersesat. Awalnya hanya cubitan kecil. Jika kita tidak juga merasa, kemudian diingatkan dengan dipukul sedikit keras. Jika tidak terasa juga kemudian dipukul dengan tenaga yang lebih besar. Bukankah kadang seseorang harus disentak atau ditendang agar tidak terperosok ke dalam jurang yang dalam. Karena toh sakit akibat jatuh ke dalam jurang jauh lebih fatal dibanding sakit akibat ditendang atau disentak untuk mengingatkan. Itulah musibah sebagai bentuk peringatan dari Allah kepada hamba-Nya. Bukankah ini juga bentuk kasih sayang Allah kepada kita?
Nah jika sudah diingatkan berkali-kali tetap juga ngeyel, berkeras istiqamah di jalan sesat, kemudian baru turun musibah yang membinasakan. jika sudah sampai di titik ini endingnya ya mati, selesai. Maka pandai-pandailah kita dalam membaca tanda-tanda dari Allah dan segera kembali ke jalan-Nya agar tidak perlu diingatkan dengan musibah yang menyakitkan atau bahkan mesti mendapatkan adzab yang membinasakan.
Nah dari semua uraian di atas, bukankah musibah pada hakikatnya adalah bentuk kasih sayang Allah kepada kita. Sementara kenikmatan jelas juga bentuk kasih sayang Allah kepada kita. Jika musibah adalah kasih sayang Allah dan kenikmatan adalah kasih sayang Allah, maka bukankah seluruh prosesi kehidupan kita di dunia adalah bentuk kasih sayang Allah kepada kita?
Ar Rahman 55 : 13
Maka nikmat Tuhan kamu yang manalagi yang akan kamu dustakan?(13)
Maka tidak ada alasan lagi untuk tidak mencintai Allah.
Sungguh tidak pantas lagi jika ada musibah yang sebenarnya akan meninggikan kita, justru kita menghujat Allah, mengeluhkannya, membenci Allah. Mulai sekarang mari kita rubah persepsi kita. Apakah yang akan menimpa kita, entah nikmat atau musibah, kita hadapi dengan ikhlas, ridha karena semuanya adalah kasih sayang dari Allah untuk meninggikan kita. Dan mari kita syukuri dengan sikap sabar dan syukur. Bersyukur dengan semua potensi di jasad dan jiwa kita yang Allah karuniakan, dengan mengabdi sebaik-baiknya, bertaqwa kepada Allah dengan taqwa yang sebenarnya, menjalankan Islam secara kaaffah. Insya Allah.
Wallahu A'lam

Ya Allah mampukanlah kami untuk senantiasa taat kepada-Mu. Ampuni kami atas kesalahan sikap kami dalam mensyukuri kenikmatan-Mu. Karuniakanlah  kepada kami rahmat dari sisi-Mu.
Subhanallah. Alhamdulillah. Laa illaha Illahu. Allahu Akbar. Laa haula walaa quwwata illa billah




*sumber
You liked this post? Subscribe via RSS feed and get daily updates.

0 comments:

terima kasih atas kunjungannya. silahkan menuliskan saran, kritik atau komentar apapun dalam kotak komentar dibawah ini :) dan bila ingin mengkopi, tolong sertakan link dan sumber. tabik!