Gerakan satu catatan satu hari dilanjutkan, semua sekedar berbagi pikiran dengan kawan-kawan. Melanjutkan catatan terakhir facebook yang sempat aku janjikan di akhir catatan. Tema kali ini seputar pembelaan perokok. Lagi-lagi dalam bahasa kesederhanaan, lugu dan heboh. Sebelum melanjutkan, aku beri tahu bahwa catatan kali ini hanya dikumpulkan dari berbagai sumber baik yang dipercaya maupun tidak.
Kenapa selalu saja rokok jadi masalah? Padahal dalam ajaran agama dan pendidikan pancasila, kita tidak boleh saling menyalahkan. Toleransi itu bukan hanya antar umat beragama tapi antar perokok dan tidak perokok juga harus saling menjaga toleransinya agar negara kita ini maju.
Pledoi 1
Sering kali kita mendapati pernyataan kalau merokok itu bisa mengurangi umur. bahkan penelitian menyatakan kalao kita menghisap 1 batang rokok itu maka akan mengurangi umur 1 menit, namun penelitian lain menyatakan dengan tertawa maka umur kita akan bertambah 5 menit. Sederhana, masih nambah 4 menit.
Pledoi 2
Kalau ada cerita buruk tentang rokok maka ada dua alasan kenapa argumentasi seperti itu dapat abaikan.
1. alasan emosional. Argumentasi itu tak punya sentuhan emosi. Kita biasanya baru tersentuh secara emosional dan kemudian mau berubah untuk meninggalkan rokok ketika memang sudah terkena asma atau kanker paru-paru, atau merasakan derita orang yang kita cintai kena kanker ganas itu.
2. alasan rasional. Mudah sekali menemukan bahwa secara rasional pun argumentasi itu tidak meyakinkan, atau memang saya buat tidak meyakinkan (karena memang belum mau meninggalkan kenyamanan rokok itu). Sebagai contoh menggangsir fondasi argumen cerita pledoi 1. Menyelam di kedalaman pra-andaian argumentasi, untuk menunjukkan bahwa kalaupun benar data itu, penerapannya terbatas hanya pada kasus yang menjadi sampel penelitiannya.
Hampir semua kesimpulan hasil penelitian dengan rumusan cerita pledoi 1 memiliki keterbatasan. Misalnya, keterbatasn sampel, keterbatasan konteks di mana sampel diambil. Dalam hal penelitian mengenai rokok, sampelnya adalah orang, dan orang itu unik. Setiap orang punya konteks, kebiasaan, dan mindset tertentu yang semuanya menentukan banyak hal, termasuk kesehatan. Jadi, ada keterbatasan kebiasaan dan mindset yang kebetulan dimiliki oleh sampel. Karena itu, kesimpulan riset seperti itu selalu dikemukakan dengan mengandaikan adanya sesutu yang diterima. Apa yang diandaikan?
Apa yang aku maksud seharusnya mudah dimengerti apalagi bila ternyata pembaca catatanku paham dengan istilah ceteris paribus, yang secara harfiah berarti “dengan yang lain-lain (diandaikan) sama.”
Pledoi 3
untuk pledoi yang ini aku tampilkan 9 penelitian dan fakta unik. (hehehe... pasti ingin membantah dengan menggunakan istilahi "ceteris paribus")
1. Menurut Woodrow Wyatt,peneliti dari Inggris dalam artikel yang di muat di The Times (Juli
1994), orang merokok di Glasgow tidak lebih banyak dari mereka yang ada di Bournemouth (kota sebelah
selatan Glasgow). Tapi ternyata angka penderita penyakit jantung di Glasgow lebih banyak dari pada di Bournemouth.
2. Orang Yunani yang mendapat subsidi tembakau dari Uni Eropa,merupakan perokok terberat di dunia, namun angka rata-ratapenderita kanker wanita terendah dan terendah keduabagi pria. Demikian pula untukpenyakit jantung dan pernafasan, sangat sedikit. Hal ini disebabkan orang Yunani banyak mengkonsumsi ikan dan minyak zaitun yang mengandung lemak tak jenuh ganda.
3. Seorang ahli THT ternama di AS mengatakan, bahwa ia menyarankan pada mantan perokok yang terserang batuk, untuk menghisap dua batang rokok sehari, dan hal itu menyembuhkan mereka.
4. Dr. James Le Fanu di AS menulis: “Perokok mempunyai resiko 50% lebih sedikit terkena penyakit alzheimer (pikun), dan banyak perokok yang mempunyai perlindungan lebih banyak dari penyakit ini.”
5. The New England Journal of Medicine tahun 1985 menulis, para perokok yang terkena kanker endometrik kandungan 50% lebih sedikit daripada nonperokok.
6. Menurut artikel di Journal of The American Medical Association, penyakit kanker usus dan ulcerative, 30-50% lebih besar berpotensi menyerang nonperokok.
7. The American Government’s Health and Nutrition Examination Survey, menemukan kemungkinan osteoarthritis menyerang perokok berat 5 kali lebih kecil daripada nonperokok.
8. Menurut Prof. Petrus Budi Santoso, rokok bisa menolong manusia dari terkaman parkinson (sindrom yang membuat organ tubuh bergetar liar dan susah di kontrol). Sebab, dalam rokok terdapat nikotin
yang dapat menghambat berkurangnya sel-sel di otak, yang mengakibatkan gangguan pada saraf. Ahli penyakit saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga itu mengaku pernah meneliti dampak nikotin
terhadap parkinson pada tahun 1987. Ia meneliti 100 pria perokok dan 100 pria tak merokok, yang semuanya penderita parkinson. Mereka rata-rata berusia di atas 50 tahun. “Ternyata mereka yang perokok tidak cepat parah penyakitnya,” katanya.
9. Di Inggris, pada akhir perang dunia ke dua, penderita jantung mengalami penurunan secara drastis padahal jumlah perokok waktu itu sangat tinggi.
Sekian dulu pledoi yang aku rangkum ini. Bagi perokok yang menggunakan pledoi ini sebagai bahan debat sebaiknya kalian berhenti merokok. Karena pledoi ini juga sudah dapat kubantah dengan mudah. Kalau tidak, nikmati saja hidup. Toh dari tarbiyah yang aku dapatkan, kematian bukan karena rokok tapi karena Allah mencabut roh manusia melalui pekerjaan malaikat Izrail. Semua tergantung ikhtiar saja, sebagai konsekuensi pilihan karena rokok atau karena rokok lagi... (tidak ada pilihan ^_^v)
Pledoi untuk buruh industri rokok, pembiayaan olah raga, semua itu basi. Korupsi akarnya, public policy pemerintah yang tidak berpihak. ta*k kucing...
Terakhir, bagi yang ingin berhenti merokok, lakukan ini untuk pertama kali. "jangan beli atau pinjam korek api/gas", maka otomatis rokok yang kalian beli tidak akan terhisap dan basi. Tapi daripada mubazir disedekahin lebih baik, karena banyak orang miskin yang merokok dan kapitalisme berjaya.
Kenapa selalu saja rokok jadi masalah? Padahal dalam ajaran agama dan pendidikan pancasila, kita tidak boleh saling menyalahkan. Toleransi itu bukan hanya antar umat beragama tapi antar perokok dan tidak perokok juga harus saling menjaga toleransinya agar negara kita ini maju.
Pledoi 1
Sering kali kita mendapati pernyataan kalau merokok itu bisa mengurangi umur. bahkan penelitian menyatakan kalao kita menghisap 1 batang rokok itu maka akan mengurangi umur 1 menit, namun penelitian lain menyatakan dengan tertawa maka umur kita akan bertambah 5 menit. Sederhana, masih nambah 4 menit.
Pledoi 2
Kalau ada cerita buruk tentang rokok maka ada dua alasan kenapa argumentasi seperti itu dapat abaikan.
1. alasan emosional. Argumentasi itu tak punya sentuhan emosi. Kita biasanya baru tersentuh secara emosional dan kemudian mau berubah untuk meninggalkan rokok ketika memang sudah terkena asma atau kanker paru-paru, atau merasakan derita orang yang kita cintai kena kanker ganas itu.
2. alasan rasional. Mudah sekali menemukan bahwa secara rasional pun argumentasi itu tidak meyakinkan, atau memang saya buat tidak meyakinkan (karena memang belum mau meninggalkan kenyamanan rokok itu). Sebagai contoh menggangsir fondasi argumen cerita pledoi 1. Menyelam di kedalaman pra-andaian argumentasi, untuk menunjukkan bahwa kalaupun benar data itu, penerapannya terbatas hanya pada kasus yang menjadi sampel penelitiannya.
Hampir semua kesimpulan hasil penelitian dengan rumusan cerita pledoi 1 memiliki keterbatasan. Misalnya, keterbatasn sampel, keterbatasan konteks di mana sampel diambil. Dalam hal penelitian mengenai rokok, sampelnya adalah orang, dan orang itu unik. Setiap orang punya konteks, kebiasaan, dan mindset tertentu yang semuanya menentukan banyak hal, termasuk kesehatan. Jadi, ada keterbatasan kebiasaan dan mindset yang kebetulan dimiliki oleh sampel. Karena itu, kesimpulan riset seperti itu selalu dikemukakan dengan mengandaikan adanya sesutu yang diterima. Apa yang diandaikan?
Apa yang aku maksud seharusnya mudah dimengerti apalagi bila ternyata pembaca catatanku paham dengan istilah ceteris paribus, yang secara harfiah berarti “dengan yang lain-lain (diandaikan) sama.”
Pledoi 3
untuk pledoi yang ini aku tampilkan 9 penelitian dan fakta unik. (hehehe... pasti ingin membantah dengan menggunakan istilahi "ceteris paribus")
1. Menurut Woodrow Wyatt,peneliti dari Inggris dalam artikel yang di muat di The Times (Juli
1994), orang merokok di Glasgow tidak lebih banyak dari mereka yang ada di Bournemouth (kota sebelah
selatan Glasgow). Tapi ternyata angka penderita penyakit jantung di Glasgow lebih banyak dari pada di Bournemouth.
2. Orang Yunani yang mendapat subsidi tembakau dari Uni Eropa,merupakan perokok terberat di dunia, namun angka rata-ratapenderita kanker wanita terendah dan terendah keduabagi pria. Demikian pula untukpenyakit jantung dan pernafasan, sangat sedikit. Hal ini disebabkan orang Yunani banyak mengkonsumsi ikan dan minyak zaitun yang mengandung lemak tak jenuh ganda.
3. Seorang ahli THT ternama di AS mengatakan, bahwa ia menyarankan pada mantan perokok yang terserang batuk, untuk menghisap dua batang rokok sehari, dan hal itu menyembuhkan mereka.
4. Dr. James Le Fanu di AS menulis: “Perokok mempunyai resiko 50% lebih sedikit terkena penyakit alzheimer (pikun), dan banyak perokok yang mempunyai perlindungan lebih banyak dari penyakit ini.”
5. The New England Journal of Medicine tahun 1985 menulis, para perokok yang terkena kanker endometrik kandungan 50% lebih sedikit daripada nonperokok.
6. Menurut artikel di Journal of The American Medical Association, penyakit kanker usus dan ulcerative, 30-50% lebih besar berpotensi menyerang nonperokok.
7. The American Government’s Health and Nutrition Examination Survey, menemukan kemungkinan osteoarthritis menyerang perokok berat 5 kali lebih kecil daripada nonperokok.
8. Menurut Prof. Petrus Budi Santoso, rokok bisa menolong manusia dari terkaman parkinson (sindrom yang membuat organ tubuh bergetar liar dan susah di kontrol). Sebab, dalam rokok terdapat nikotin
yang dapat menghambat berkurangnya sel-sel di otak, yang mengakibatkan gangguan pada saraf. Ahli penyakit saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga itu mengaku pernah meneliti dampak nikotin
terhadap parkinson pada tahun 1987. Ia meneliti 100 pria perokok dan 100 pria tak merokok, yang semuanya penderita parkinson. Mereka rata-rata berusia di atas 50 tahun. “Ternyata mereka yang perokok tidak cepat parah penyakitnya,” katanya.
9. Di Inggris, pada akhir perang dunia ke dua, penderita jantung mengalami penurunan secara drastis padahal jumlah perokok waktu itu sangat tinggi.
Sekian dulu pledoi yang aku rangkum ini. Bagi perokok yang menggunakan pledoi ini sebagai bahan debat sebaiknya kalian berhenti merokok. Karena pledoi ini juga sudah dapat kubantah dengan mudah. Kalau tidak, nikmati saja hidup. Toh dari tarbiyah yang aku dapatkan, kematian bukan karena rokok tapi karena Allah mencabut roh manusia melalui pekerjaan malaikat Izrail. Semua tergantung ikhtiar saja, sebagai konsekuensi pilihan karena rokok atau karena rokok lagi... (tidak ada pilihan ^_^v)
Pledoi untuk buruh industri rokok, pembiayaan olah raga, semua itu basi. Korupsi akarnya, public policy pemerintah yang tidak berpihak. ta*k kucing...
Terakhir, bagi yang ingin berhenti merokok, lakukan ini untuk pertama kali. "jangan beli atau pinjam korek api/gas", maka otomatis rokok yang kalian beli tidak akan terhisap dan basi. Tapi daripada mubazir disedekahin lebih baik, karena banyak orang miskin yang merokok dan kapitalisme berjaya.
0 comments:
terima kasih atas kunjungannya. silahkan menuliskan saran, kritik atau komentar apapun dalam kotak komentar dibawah ini :) dan bila ingin mengkopi, tolong sertakan link dan sumber. tabik!