Hitam dan Putih


Dibatas lelah
Kuhentikan, langkah hidup ini
Mungkin harusnya aku mengerti
Semua adanya
Bila... kubayangkan warna hidupku

Lama kunanti saat-saat ini. Keyakinan yang telah kuragukan pasca pertemuan di pendakian gunung Sumbing, 12 Juli 2008. Lama kuberpikir dan keraguan besar itu hadir. Ragu-ragu mundur saja. Kuputuskan melupakannya. Benar-benar terlupakan. Namun pertemuan tidak dapat dihindari. Setelah berkali-kali bertemu, kami makin akrab. Seiring komunikasi yang intens terjadi, kembali kumengingatnya.

Melanjutkan keyakinanku terdahulu. Berkali-kali kumendaki gunung, bertanya pada gunung dan gemerlap bintang. Keraguan tetap hadir. Kuminta pendapat kawan-kawan. Keraguan itu hadir dalam alasan tidak jelas. Pikirku, ini hanya tantangan.

Kulukis dunia hitam dan putih
Yang hanya berselang
Tawa... Tangis...

Dalam dunia hitam putih maka yang ada jawaban ya atau tidak, benar atau salah. Satu bulan lebih yang lalu, aku telah meminta untuk segera diselesaikan. Tersanggupi. Namun 'perang' yang terjadi menghentikan yang sedang terjadi. keraguan itu menyeruak begitu saja. Tapi kali ini berbeda, keraguan malah meyakinkanku. Seperti pandanganku pada Tarbiyah dan KAMMI, malah meyakinkanku pada pilihan gerakku. Semua harus dituntaskan.

Dua pekan lalu, keyakinanku kurealisasikan. Walaupun sebuah fakta, sahabatku pun bergerak untuk hal yang sama dan kuketahui ada orang lain pula. Sahabat bagiku sangat penting, kudorong dia untuk maju walaupun disaat yang sama aku turut maju. Salahkah.

Ada saat
Kutenggelam, dilumpur-lumpur
Kupastikan, kuhempaskan
Diriku di jalanan lurus
Semua itu harus tertelan pahit dan manis

Kamis itu di masjid kampus, usai sudah. Keyakinanku menjadi fakta. Usai sudah tanpa perlawanan yang berarti. Diputuskan. Sebuah lagu terngiang di kepalaku. "hadapi dengan senyuman, semua yg terjadi, biar terjadi... hadapi dengan tenang jiwa, smua kan baik-baik saja... relakan saja ini bahwa smua yang terbaik, terbaik untuk kita semua, menyerahlah untuk menang..."

Simpul senyum pun terkembang, tawa mengalir renyah. Tapi semua berakhir. Kusepakati apapun yang menjadi komitmenku. Ah... Laki-laki, apa yang bisa dilakukannya selain menepati janjinya. Kuberjanji... Telah berjanji.

Aku memang manusia
Yang takkan mungkin harus selalu putih
Akupun tak ingin terlukis hitam lagi
Biarlah hidup berjalan lagi apa adanya

Kutinggalkan masjid kampus. Aku ingin mendaki tapi ku tak bisa. Kuhentikan laju motor di boulevard. Diam memandang Merapi di utara, tegak dengan gagahnya. Aku harus seperti dia. Angkuh pun tak mengapa. Temaran senja hadir begitu cepat. Keyakinan pun buyar seketika.

Aku lupa harus segera ke Sardjito. Ada yang menungguku. Aku menjadi Merapi. Kutegakkan kepala, senyum tersimpul, hiburku dalam canda tawa. Menipu diri sendirikah? Kepada Putri Matahari, kuungkap kejujuran.
Sangat pantas diperjuangkan, kan kuperjuangkan. Tapi aku laki-laki, ucapan dan tindakanku menjadi komitmen walau perih. Komitmen kujaga erat.

Hitam... Putih...
Pahit... Manis...
Tawa... Tangis...
(lyric by Dewa19, Hitam dan Putih)


"Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak seorangpun dapat menahannya dan apa saja yang ditahan oleh Allah, maka tidak seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu" (QS. Fatir 2)
You liked this post? Subscribe via RSS feed and get daily updates.

0 comments:

terima kasih atas kunjungannya. silahkan menuliskan saran, kritik atau komentar apapun dalam kotak komentar dibawah ini :) dan bila ingin mengkopi, tolong sertakan link dan sumber. tabik!